Harga Minyak Goreng Masih “Panas”
Jambi, Mediator
Sejak awal November 2021, harga minyak goreng kemasaran dan juga minyak goreng curah terus mengalami kenaikan. Awal pekan ini saja, harga minyak goreng masih bertengger dikisaran harga Rp20 ribu per liternya. Harga tersebut jauh dari harga normal beberapa bulan sebelumnya yang diecer di kisaran Rp13-15 ribu per liter.
Di empat pusar rakyat yang berada ditengah ibukota Provinsi Jambi, Pasar Talang Banjar, Pasar Kasang, Pasar Auduri ,dan Pasar TAC, harga minyak goreng minyak curah per hari ini, Senin (10/01/2021), berada dikisaran Rp18.500 per kilo. Sedangkan untuk harga minyak goreng kemasaran Rp 19.500 – 20.000,- perkilo.
Harga barang kebutuhan pokok di empat pasar rakyat tersebut relatif stabil, terkecuali untuk harga cabai masih sangat tinggi. Yakni cabai merah besar Rp40.000/kg, cabai merah kecil Rp35 ribu/kg, cabai rawit hijau Rp70 ribu/kg, dan cabai rawit merah Rp50 ribu perkilonya.
Sementara itu, komoditi yang masih “awet” mahalnya adalah harga daging ayam potong juga masih tinggi, yakni dikisaran harga Rp45-47 ribu perkilogramnya.
Selain harga minyak goreng yang masih tinggi, komoditi tepung juga mengalami kenaikan mencapai Rp13.500/kilonya. Kondisi ini membuat para pedagang gorengan “meringis”.
“Awalnya tempe tahu yang naik, sekarang tepung pun ikutan naik. Sementara minyak curah selain mahal juga sudah mulai susah didapati,” keluh Anto, pedagang gorengan di kawasan Jelutung, Kota Jambi, Senin (10/1/2022).
Anto mengatakan dirinya lebih suka menggunakan minyak goreng curah. Pasalnya selain harganya murah, juga dari segi isi lebih banyak daripada minyak kemasan.
“Pake minyak curah lebih untung, kalau kemasan kan tidak sampe satu kilo, mahal pulak,” ucapnya.
Ia mengaku kehabisan akal untuk menyiasati kondisi ini. Di satu sisi jika ia bertahan dengan harga awal maka ia akan mengalami kerugian, namun jika harus menaikkan harga dagangannya akan berdampak “larinya” pelanggan.
“Jadinya simalakama. Harga naik, pelanggan ngomel-ngomel. Tapi jalau harga tetap dak berasap dapur kita, dirugilah,” keluhnya.
Menurut pedagang, mereka tidak berdaya karena harganya sudah ditetapkan oleh agen dan distributor.
“Kami mengambil dari pedagang agen juga sudah mahal. Penyebabnya nggak tahu juga. Padahal Jambi lumbung kebun kelapa sawit,” kata Yose, pedagang pengecer minyak goreng di Pasar Rakyat Talang Banjar, Kota Jambi.
Sejumlah masyarakat di Jambi, berharap pemerintah terkait diminta segera melakukan kebijakan yang prorakyat untuk menurunkan harga minyak goreng yang terasa memberatkan semenjak beberapa bulan ini.
”Kabarnya bakal ada langkah penurunan harganya oleh pemerintah. Kabarnya sekitar Rp14.000 per satu liter. Tetapi sampai saat ini belum ado jugo realisasi,” kata Fatimah, seorang ibu rumah tangga di Kota Jambi.
Sayangnya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan baik Provinsi Jambi maupun Kota Jambi belum berhasil dikonfirmasi terkait “awetnya” harga komoditi pokok masyarakat ini. (ags)
