OPINIPENDIDIKAN

Marwah Guru Tuntutan Profesionalisme di Era Global

Oleh : Nelson Sihaloho (Guru SMPN 11 Kota Jambi PD.ABKIN Provinsi Jambi, Bid.Publikasi Ilmiah (Anggota) Periode 2022-2026)

ABSTRAK :

Marwah dan roh kekuatan para guru di Indonesia sudah mulai tergerus bahkan kehilangan power seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Bahkan IPTEK kini dan dimasa depan akan terus berkembang sesuai dengn dinamikan perkembangn zaman. Penghargaan terhadap guru terutama untuk kesejahteraannyapun sering di “pingpong” yang seharusnya cair tepat waktu malah “molor” dari “janji-janji” para pemangku kebijakan. Rasa penghargaan terhadap guru terus menurun kendati berbagai program janji-janji terus “dikumandangkan” seakan memberikan harapan emas bertahtakan berlian dan Mutiara.

Merujuk pada survei The Global Teacher Status Index 2018, dari 35 negara yang mengikuti survei, Cina menjadi negara yang sangat menghargai guru di sekolah dengan ranking indeks 100. Cina tidak hanya menghormati para gurunya, kesejahteraan para gurunya juga sangat diperhatikan seperti memberikan gaji yang cukup. (sumber::https://data.tempo.co./data /612/negara-yang-sangat-menghormati-guru). Masih menurut sumber selain Cina, para murid dan masyarakat di Malaysia dan Taiwan sangat menghargai para guru yang mengajar di sekolah dengan memberikan ranking indeks mencapai 93 dan 70.

Indonesia berada di posisi lima besar dengan ranking indeks mencapai 62. Indonesia juga memberikan gaji yang cukup untuk para gurunya walaupun tidak mencapai 20 dollar Amerika per bulan. Selain itu dalam menghadapi era globalisasi guru juga dituntut menguasai kompetensi yang dibutuhkan paa Abad ke-21. Kompetensi guru abad ke-21 tidak lagi terbatas pada penguasaan materi ajar, tetapi juga mencakup kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, literasi digital, serta kemampuan membangun lingkungan belajar yang inklusif dan berorientasi masa depan.

Kata kunci : marwah guru, profesionalisme, era global.

Marwah Guru

Sebagaimana kita kethaui bahwa di era abad ke-21, kemajuan teknologi informasi dan globalisasi telah membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Guru dituntut untuk mempersiapkan kemampuan dan kompetensinya di abad ke 21.

Kemampuan dan kompetensi yang harus dipersiapkan pada abad ke 21 adalah kemampuan yang berkaitan langsung dengan teknologi informasi. Kemampuan serta kompetensi tersebut adalah dimensi etika dan sosial, dimensi informasi, dan terakhir dimensi komunikasi. Kompetensi abad 21 adalah kumpulan keterampilan yang diperlukan pada perkembangan zaman. Yakni keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) yang identic dengan kompetensi 4C.

Komptensi tersebut harus ditanamkan baik dalam proses pembelajaran. Pada prosesnya perkembangannya diwujudkan menjadi 6C. Keenam kecakapan abad ke-21 yaitu character (karakter), citizenship (kewarganegaraan), criticalthinking (berpikirkritis), creativity (kreatif), collaboration (kolaborasi), dan communication (komunikasi).

Realitas di lapangan menunjukkan bahwa banyak guru masih menghadapi tantangan dalam memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. Laporan UNESCO (2022), kesenjangan kompetensi guru di berbagai negara, termasuk di Indonesia, masih menjadi isu yang perlu mendapatkan perhatian serius. Masalah ini meliputi rendahnya penguasaan teknologi, kurangnya pelatihan berbasis kebutuhan abad ke-21, serta minimnya adaptasi terhadap pendekatan pedagogi modern.

Situasi ini berdampak pada kualitas pembelajaran yang diterima oleh peserta didik, yang pada gilirannya memengaruhi kesiapan mereka menghadapi tantangan global. Berbicara tentang marwah profesi guru, maka kita sedang membicarakan harga diri, kehormatan, dan integritas seorang pendidik.

Marwah berarti kehormatan atau martabat yang melekat pada diri seseorang atau kelompok karena nilai, perilaku, dan tanggung jawab yang dijunjungnya. Dalam konteks profesi, maka marwah guru mencerminkan citra luhur seorang pendidik, baik di dalam maupun di luar kelas. Guru yang menjaga marwah profesinya adalah guru yang menempatkan dirinya sebagai teladan moral, intelektual, dan sosial bagi peserta didiknya.

Marwah guru adalah benteng kepercayaan masyarakat terhadap dunia pendidikan. Ketika masyarakat masih menaruh hormat pada guru, maka masih ada harapan bahwa pendidikan berjalan pada relnya. Namun, jika marwah itu runtuh karena ulah segelintir oknum, maka kepercayaan publik akan menurun dan profesi guru bisa kehilangan maknanya yang luhur.

Banyak hal yang dapat merusak marwah guru. Diantaranya, pelanggaran etika profesi, seperti penyalahgunaan wewenang, ketidakadilan dalam menilai, atau perilaku diskriminatif terhadap peserta didik. Kemudian, ketidakdisiplinan dan kurangnya tanggung jawab, misalnya datang terlambat, tidak menyiapkan pembelajaran dengan baik, atau kurangnya komitmen terhadap tugas.

Selanjutnya adalah penyalahgunaan media sosial, seperti mengunggah konten yang tidak pantas, menjelekkan rekan sejawat, atau menyebar hoaks. Termasuk perilaku yang bertentangan dengan norma masyarakat, seperti gaya hidup hedonistik, perbuatan amoral, atau konflik terbuka di lingkungan sekolah. Dan terakhir adalah kurangnya semangat belajar dan berkembang, karena guru yang berhenti belajar sejatinya berhenti menjadi guru.

Penjaga Peradaban di Era Gobal

Guru adalah penjaga peradaban di masa depantermasuk dalam menghadapi dunia digital.
Globalisasi mempengaruhi banyak aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan, ekonomi, dan budaya. Steger (2017), menyatakan bahwa globalisasi adalah suatu proses di mana dunia menjadi semakin terintegrasi melalui pertukaran budaya, ekonomi, dan teknologi, yang memungkinkan terjadinya hubungan yang lebih erat antar individu dan negara di seluruh dunia. Globalisasi telah mengubah cara kita berinteraksi, berkomunikasi, dan bekerja.

Guru, sebagai agen perubahan dalam sistem pendidikan, harus memiliki kemampuan untuk menavigasi perubahan dan menciptakan lingkungan belajar yang dapat mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan global (Suryanto & Hadi, 2022).

Merujuk Rahman Taraju (2022), beberapa tantangan yang dihadapi oleh guru di era globalisasi, krisis sosial, perkembangan IPTEK, guru harus menjadi teladan, media pembelajaran berbasis teknologi. Itulah sebabnya peran guru selalu menjadi fondasi yang tak tergantikan dalam perjalanan sejarah suatu bangsa dalam menciptakan generasi penerus yang berkualitas.

Masa depan bangsa terletak pada kemampuan guru untuk membangun kemanusiaan melalui pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan, sehingga guru menjadi pilar utama dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik. Pendidikan yang mengutamakan penilaian karakter di sekolah sangat penting untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki moralitas dan tanggung jawab sosial.

Perlu kita sikapi bahwa kemajuan peradaban di dunia manapun selalu berpulang pada satu kunci yakni pendidikan. Pendidikan merupakan fondasi dari segala pencapaian peradaban manusia, dari zaman batu hingga revolusi digital saat ini. Di tengah gelombang besar perubahan sosial dan teknologi, tantangan utama pendidikan di Indonesia berada pada satu kata kunci yakni Generasi Z.

Data Sensus Penduduk 2020 menunjukkan, Gen Z mendominasi populasi Indonesia dengan proporsi mencapai 27,94% (Badan Pusat Statistik, 2021). Ini berarti, sebagian besar ruang kelas saat ini diisi oleh individu yang lahir dan tumbuh bersama pesatnya internet, media sosial, dan teknologi digital.

Riset menunjukkan bahwa Gen Z memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya akibat eksposur berlebih terhadap informasi global dan harapan sosial yang tinggi (American Psychological Association, 2018). Perlu kita sadari bahwa perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan, memberikan peluang sekaligus tantangan besar terhadap dunia pendidikan. Maka kita perlu terus belajar. Belajar memiliki makna yang sangat mendalam bagi manusia.

Belajar bukan sekadar mencari atau mengumpulkan informasi, sebab informasi bisa didapatkan tanpa benar-benar melalui proses belajar. Guru masa depan akan memanfaatkan AI untuk memahami kebutuhan siswa, fokus pada bimbingan, kreativitas, dan pengembangan karakter, serta membantu siswa menjadi pembelajar seumur hidup. Di dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2025 sejatinya kita patut mengapresiasi profesi guru.

Tugas mulia guru tidak hanya sekadar melakukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur dalam rangka memanusiakan (humanisasi) diri peserta didik. Membentuk karakter dan kepribadiannya agar memiliki integritas moral, berakhlak mulia; memiliki kompetensi, sikap positif, dan keterampilan hidup (life skills).

Di masa kini, era digital serta dimasa mendatang tugas seorang guru akan semakin lebih kompleks. Guru sebagai fasilitator bertugas memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengeksplorasi potensi diri dan mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai karakter ini menjadi bekal penting bagi siswa dalam membangun kepribadian yang kokoh di tengah perubahan zaman.

Era digital membawa tantangan baru bagi guru untuk terus belajar dan beradaptasi. Perkembangan teknologi dan perubahan kurikulum memaksa guru untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Karena itu marwah guru harus dikembalikan sesuai dengan tuntutan profesionalisme guru. Pemerintah untuk tidak melupakan “janji-janji”manisnya terhafap guru dan terus melakukan perbaikan-perbaikan upaya peningkatan kompetensi serta profesionalisme guru. Kesejahteraan guru yang selama ini terutama Tunjangan Profesi Guru (TPG) agar tidak dijadikan sebagai “momongan” oleh pihak-pihak yang berkepntingan. Persoalan guru juga harus dituntaskan sesuai dengan amanat undang-undang. Selamat Hari Guru Nasional Tahun 2025. Semoga bermanfaat. (****).

Referensi

  1. Al Fatah, M., & Amirudin, A. (2022). Tantangan Guru di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan dan Teknologi, 14(1), 72-85.
  2. Alfaraby, D. (2020). Globalisasi dan Pendidikan: Tantangan dan Peluang di Era Digital. Jurnal Pendidikan Global, 10(2), 110-123.
  3. Badan Pusat Statistik. (2021). Hasil Sensus Penduduk 2020. https://www.bps.go.id
  4. Diplan, I. (2019). Globalisasi dan Pendidikan: Menyongsong Tantangan di Era Digital. Jakarta: Penerbit Pendidikan.
  5. Suryanto, D., & Hadi, S. (2022). Peran Guru di Era Globalisasi dalam Mempersiapkan Siswa Menghadapi Tantangan Global. Jurnal Pendidikan dan Inovasi, 8(3), 135-148.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *