DAERAHEKONOMI

Tak Hanya Sawit, Petani Pinang pun Ikut Ngelangsa

Ditingkat Petani, Pinang Bersih Dihargai Rp 3 Ribu Perkilo

Jambi, Mediator

Harga Pinang di Jambi di tingkat petani mengalami penurunan drastis. Komoditi yang digadang-gadang menjadi primadona ekspor ini kini hanya dihargai Rp 3 ribuan saja. Hal ini menyusul menurunnya permintaan dari negara tujuan ekspor seperti India dan Pakistan. Petani pun hanya membiarkan pinang-pinangnya menumpuk berharap harga pinang kembali membaik.

Manto, pemilik gudang yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso, Sijenjang mengatakan, penurunan harga pinang di Jambi ini sudah berlangsung dari awal tahun 2022 yang lalu dan semakin turun hingga saat ini.

Ia menyebutkan, salah satu penyebabnya adalah permintaan dari negara India dan Pakistan berkurang. Padahal Ia sangat berharap kedatangan Presiden Jokowi ke Jambi beberapa bulan yang lalu bisa memperbaiki harga Pinang, namun nyataka hal tersebut tetap tidak mempengaruhi harga Pinang di jambi.

“Kami sangat berharap kedatangn Pak Jokowi saat pelepasan pengiriman Pinang ke India dan Pakistan, bisa mengembalikan minimal menaikkan harga jualnya,” ujarnya.

Manto juga mengungkap jika jumlah Pinang dari petani jauh berkurang lantaran petani banyak yang menahan penjualannya menunggu harga membaik.

“Mendekati lebaran stok jauh berkurang karena petani masih menunggu harga yang pas dulu,” katanya.

Ia menambahkan, Pinang-pinang ini nantinya akan dijual ke perusahaan yang ada di Kota Jambi, dan daerah Petaling Muara Jambi.

“Untuk pengirimannya kita ke India atau Pakistan melalui pelabuhan di Tanjab Barat,” ujarnya.

Manto menyampaikan untuk kenaikan harga sendiri sulit dilakukan karena semua itu tergantung persaingan eksportir. Meskipun begitu, Ia berharap kepada pemerintah daerah dan pemerintah pusat, untuk mencarikan solusi agar harga Pinang bisa kembali normal.

“Harapan kami harganya kembali normal, bisa di atas Rp20 ribu ke atas. Dengan harga segitu petani bisa terbantu dan sejahtera,” ungkapnya.

Merosot Hingga 60 Persen

Samsudin, seorang warga Kabupaten Tanjung Jabung Timur mengakui harga jual pinang kurang bagus sejak di awal tahun ini.

“Kami menaruh harapan ketika harga sawit tiba-tiba anjlok kemarin. Namun apa mau di kata, semua tinggal harapan saja, harga Pinang juga ikut anjlok,” ucapnya.

Madi, salah satu pengepul buah pinang di Kecamatan Muara Sabak Barat, juga mengaku penghasilannya dari Pinang merosot hingga 60 persen.

“Kemarin harga buah pinang kocek itu mencapai 10.000 per kilo namun sekarang hanya Rp 3 ribuan saja. Itu pun harus dikurangi dengan ongkos upah kocek 2.000 per kg. Jika dipaksakan makin merug, bukannya malah untung tapi buntung. Jadi pinang itu kami simpan dulu menunggu harga naik,”katanya.

Ia menjelaskan, pinang sebagian miliknya dan sebagian mengambil dari petani di Kecamatan Muara Sabak Timur, Mendahara dan lain-lain.

“Kemarin kami beli harga 9.000 per karung dengan berat 15 kg. Makanya rugi kalau harus dijual dengan harga sekarang. Karena pinang ini kan harus dikocek, tentu ada biaya kocek dan juga ongkos transportnya,” ujarnya.

Dia berharap agar pemerintah memperhatikan harga hasil pertanian masyarakat. Sebab mayoritas masyarakat Kabupaten Tanjab Timur bekerja sebagai petani Pinang.

“Kita harap ada solusi dan pemerintah kasihan kami yang cuma pengepul kecil dan para petani yang hanya mengharapkan kebutuhan sehari-hari dari hasil perkebunan,” harapnya.

Meski ada penurunan harga jual komoditi ekspor itu, namun mereka optimistis komoditi berasal dari berpohon berbuku-buku itu merupakan tanaman utama masyarakat di Provinsi Jambi ini akan tetap diminati karena termasuk komoditi khas di Provinsi Jambi sekaligus telah menembus pasar ekspor.

Selain itu sistem tanamannya yang mudah, juga dapat dengan mudah disemai. Di lahan pinang biasanya tumpangsari dengan kelapa, dan palawija.

“Bila Pinang tak dijual, maka penghasilan bisa dari kelapa dan tanaman palawija,” katanya menambahkan.

(dra)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *