Dua Santri Remaja Ini Baku Hantam
Ma.Jambi, Mediator
Dua orang santri remaja yang tengah mengenyam pendidikan di pondok pesantren yang ada di Kabupaten Ma.Jambi terlibat baku hantam di luar pondok pesantren. Pihak pondok telah mendatangkan pihak keluarga masing-masing, namun belum ditemukan kata perdamaian. Salah satu keluarga akhirnya melaporkan kasus ini ke Polda Jambi.
“Dari keterangan beberapa santri, awalnya santri kita yang merupakan kakak kelasnya meminta untuk memimpin barisan namun ditolak karena bajunya sobek,” kata kepala sekolah berinisial TI yang ditemui Mediator News, di ruang kerjanya, Selasa (1/3/2022).
“ Dan pada saat itu hanya cekcok mulut biasa dan selanjutnya santri kita masuk ke lokal dan belajar seperti biasanya,” ujarnya.
Namun, lanjut dia, setelah jam belajar habis kebetulan anak santri kita yang MTS pulang duluan dan yang bersangkutan sempat menantang kakak kelasnya dari luar lokal dengan mengatakan “aku tunggu kamu di simpang”.
“Sepulang sekolah mereka bertemu di simpang dan terjadilah perkelahian itu. Jadi itulah keterangan yang saya dapatkan dari beberapa santri,” kata TI.
Ia juga mengatakan, peristiwa tersebut justru didapat dari Kamtibmas bahwa anak didik atau santrinya berkelahi di luar sekolah.
Kepala Yayasan Pondok Pesantren, yang biasa disebut Puang, mengakui adanya santri yang berkelahi. Menurut dia, sudah dilakukan perdamaian antara kedua belah pihak tapi sayang perdamaian tersebut tidak ketemu titik temunya.
“Saya sendiri yang memanggil pihak keluarga, agar permasalahan ini kita berdamai saja secara kekeluargaan namun tidak ada titik temu,” katanya.
Terpisah, orang tua salah satu santri tersebut mengatakan permasalahan anaknya sudah dilaporkan ke Polda Jambi beberapa waktu yang lalu.
“Tentu saja saya selaku orang tua belum bisa menerima atas perlakuan kakak kelasnya. Coba bayangkan anak saya masih duduk di MTS, kalau kita samakan dengan sekolah umum SMP sedangkan lawannya anak Aliyah sama dengan SMA. Coba bisa dibayangkan ngga,” katanya.
Menurut dia, akibat perkelahian tersebut, anaknya mengalami patah gigi. Dan Ia juga mengaku telah melakukan visum RS.Bayangkara.
Ia juga menyebut bahwa saat ini anaknya mengalami trauma dan enggan untuk datang lagi ke sekolah.
“Sejak kejadian itu anak saya sering mengigau. Saya khawatir sekali takut terjadi apa-apa. Dan sekarang anak saya takut ke sekolah karena adanya ancaman dari kakak kelasnya itu,” katanya. (lbs)
